-->

Ads1

Pedoman Teknis Pembuatan/Pengolahan Pakan Ternak

Pedoman Teknis Pembuatan/Pengolahan Pakan Ternak

Pedoman Teknis Pembuatan/Pengolahan Pakan Ternak


Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat bergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembaban nisbi udara) serta bobat badannya. Maka, setiap ekor ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda pula.
Rekomendasi yang diberikan oleh Badan Penelitian Internasional (National Research Council) mengenai standardisasi kebutuhan ternak terhadap pakan dinyatakan dengan angka-angka kebutuhan nutrisi ternak ruminansia. Rekomendasi tersebut sanggup dipakai sebagai patokan untuk memilih kebutuhan nutrisi ternak ruminansia, yang akan dipenuhi oleh bahan-bahan pakan yang sesuai/bahan-bahan pakan yang gampang diperoleh di lapangan.


A.   KONSUMSI PAKAN
Ternak ruminansia yang normal (tidak dalam keadaan sakit/sedang berproduksi), mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan kebutuhannya untuk mencukupi hidup pokok. Kemudian sejalan dengan pertumbuhan, perkembangan kondisi serta tingkat produksi yang dihasilkannya, konsumsi pakannya pun akan meningkat pula.
Tinggi rendah konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (kondisi temak itu sendiri).
a)         Temperatur Lingkungan
Ternak ruminansia dalam kehidupannya menghendaki temperatur lingkungan yang sesuai dengan kehidupannya, baik dalam keadaan sedang berproduksi maupun tidak. Kondisi lingkungan tersebut sangat bervariasi dan bersahabat kaitannya dengan kondisi ternak yang bersangkutan yang mencakup jenis ternak, umur, tingkat kegemukan, bobot badan, keadaan epilog tubuh (kullit, bulu), tingkat produksi dan tingkat kehilangan panas tubuhnya akhir efek lingkungan.
Apabila terjadi perubahan kondisi lingkungan hidupnya, maka akan terjadi pula perubahan konsumsi pakannya. Konsumsi pakan ternak biasanya menurun sejalan dengan kenaikan temperatur lingkungan. Makin tinggi temperatur lingkungan hidupnya, maka tubuh ternak akan terjadi kelebihan panas, sehingga kebutuhan terhadap pakan akan turun. Sebaliknya, pada temperatur lingkungan yang lebih rendah, ternak akan membutuhkan pakan lantaran ternak membutuhkan pelengkap panas. Pengaturan panas tubuh dan pernbuangannya pada keadaan kelebihan panas dilakukan ternak dengan cara radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi.
b)         Palatabilitas
Palatabilitas merupakan sifat performansi bahan-bahan pakan sebagai akhir dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya mirip kenampakan, bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal inilah yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya.
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan rasa elok dan masbodoh daripada asin/pahit. Mereka juga lebih menyukai rumput segar bertekstur baik dan mengandung unsur nitrogen (N) dan fosfor (P) lebih tinggi.
c)         Selera
Selera sangat bersifat internal, tetapi bersahabat kaitannya dengan keadaan “lapar". Pada temak ruminansia, selera merangsang pusat saraf (hyphotalamus) yang menstimulasi keadaan lapar. Ternak akan berusaha mengatasi kondisi ini dengan cara mengkonsumsi pakan. Dalam hal ini, kadang kala terjadi kelebihan konsumsi (overat) yang membahayakan temak itu sendiri.
d)         Status fisiologi
Status fisiologi ternak ruminansia mirip umur, jenis kelamin, kondisi tubuh (misalnya bunting atau dalam keadaan sakit) sangat menghipnotis konsumsi pakannya.
e)         Konsentrasi Nutrisi
Konsentrasi nutrisi yang sangat besar lengan berkuasa terhadap konsumsi pakan ialah konsentrasi energi yang terkandung di dalam pakan. Konsentrasi energi pakan ini berbanding terbalik dengan tingkat konsumsinya. Makin tinggi konsentrasi energi di dalam pakan, maka jumlah konsumsinya akan menurun. Sebaliknya, konsumsi pakan akan meningkat kalau konsentrasi energi yang dikandung pakan rendah.
f)         Bentuk Pakan
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan bentuk butiran (hijauan yang dibentuk pellet atau dipotong) daripada hijauan yang diberikan seutuhnya. Hal ini berkaitan bersahabat dengan ukuran partikel yang lebih gampang dikonsumsi dan dicerna. Oleh lantaran itu, rumput yang diberikan sebaiknya dipotong-potong menjadi partikel yang lebih kecil dengan ukuran 3-5 cm.
g)         Bobot Tubuh
Bobot tubuh ternak berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakannya. Makin tinggi bobot tubuh, makin tinggi pula tingkat konsumsi terhadap pakan. Meskipun demikian, kita perlu mengetahui satuan keseragaman berat tubuh ternak yang sangat bervariasi. Hal ini sanggup dilakukan dengan cara mengestimasi berat badannya, kemudian dikonversikan menjadi 'berat tubuh metabolis" yang merupakan bobot tubuh temak tersebut.
Berat tubuh temak sanggup diketahui dengan alat timbang. Dalam praktek di lapangan, berat tubuh ternak sanggup diukur dengan cara mengukur panjang baclan clan lingkar dadanya. Kemudian berat tubuh diukur dengan memakai formula:

Berat tubuh = Panjang tubuh (inci) x Lingkar Dada2 (inci) / 661

Berat tubuh metabolis (bobot tubuh) sanggup dihitung dengan cara meningkatkan berat tubuh dengan nilai 0,75.
Berat Badan Metabolis = (Berat Badan)0,75
h)         Produksi
Ternak ruminansia, produksi sanggup berupa pertambahan berat tubuh (ternak potong), air susu (ternak perah), tenaga (ternak kerja) atau kulit dan bulu /wol. Makin tinggi produk yang dihasilkan, makin tinggi pula kebutuhannya terhadap pakan. Apabila jumlah pakan yang dikonsumsi (disediakan) lebih rendah daripada kebutuhannya, temak akan kehilangan berat badannya (terutama selama masa puncak produksi) di samping performansi produksinya tidak optimal.


B.  KANDUNGAN NUTRISI PAKAN TERNAK
Setiap materi pakan atau pakan ternak, baik yang sengaja kita berikan kepada ternak maupun yang diperolehnya sendiri, mengandung unsur-unsur nutrisi yang konsentrasinya sangat bervariasi, tergantung pada jenis, macam dan keadaan materi pakan tersebut yang secara kompak akan menghipnotis tekstur dan strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di dalam materi pakan secara umum terdiri atas air, mineral, protein, lemak, karbohidrat dan vitamin. Setelah dikonsumsi oleh ternak, setiap unsur nutrisi berperan sesuai dengan fungsinya terhadap tubuh ternak untuk mempertahankan hidup dan berproduksi secara normal. Unsur-unsur nutrisi tersebut sanggup diketahui melalui proses analisis terhadap materi pakan yang dilakukan di laboratorium. Analisis itu dikenal dengan istilah “analisis proksimat".


C.  PERALATAN PEMBUATAN PAKAN TERNAK
1)         Macam-Macam Silo
Silo sanggup dibentuk dengan aneka macam macam, bentuk tergantung pada lokasi, kapasitas, materi yang dipakai dan luas areal yang tersedia. Beberapa silo yang sudah dikenal adalah:
  1. Pit Silo: silo yang dirancang berbentuk silindris (seperti sumur) dan di berdiri di dalam tanah.
  2. Trech Silo: silo yang dibangun berupa parit dengan struktur membentuk abjad
  3. Fench Silo: silo yang bentuknya ibarat pagar atau sekat yang terbuat dari bambu atau kayu.
  4. Tower Silo: silo yang dirancang membentuk sebuah menara menjulang ke atas yang penggalan atasnya tertutup rapat.
  5. Box Silo: silo yang rancangannya berbentuk mirip kotak.

2)         Cara Memformulasi Pakan
Dalam memformulasikan penyusunan ransum atau pakan, perlu memakai Tabel Patokan Kebutuhan Nutrisi. Sebagai teladan kebutuhan nutrisi dalam penyusunan ransum bagi sapi perah ialah sebagai berikut:
Sapi perah betina muda berat 350 kg, satu setengah bulan menjelang beranak(melahirkan pada umur 36 bulan), membutuhkan pakan dengan kandungan nutrisi sebagai berikut:
  1. Kebutuhan hidup pokok dan reproduksi: Bahan Kering=6,4 Kg, ME=13 Mcal, Protein=570 gram, mineral=37 kg.
  2. Laktasi I: Bahan Kering=1,0 Kg, ME=2,02 Mcal, Protein=93,6 gram, Mineral=5 kg.
  3. Sehingga jumlah Bahan Kering=7,4 kg, ME=15,02 kg, Protein=663,6 gram, Mineral=42 gram.

Dari kebutuhan nutrisi tersebut, kebutuhan pakannya sanggup diformulasikan dengan suatu metode. Misalnya bahan-bahan pakan yang tersedia adalah:
  1. Rumput gajah: Bahan Kering=16%, ME=0,33 Mcal, Protein=1,8 gram%BK, Mineral=2,5 gram%BK
  2. Rumput Kedele: Bahan Kering=93,5%, ME=3,44 Mcal, Protein=44,9 gram%BK, Mineral=6,3 gram%BK
  3. Bungkil kelapa: Bahan Kering=86%, ME=2,86 Mcal, Protein=18,6 gram%BK, Mineral=5,5 gram%BK

Rumput gajah akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan materi kering sebanyak 80%= 80/100 X 7,4 kg = 5,92 kg BK.
Maka kandungan protein yang sudah sanggup dipenuhi rumput adalah: sebanyak = 1,8/100 X 5,92 kg = 106,56 gram protein.

Kekurangan:
Bahan kering = 7,4 - 5,92 kg = 1,48 kg
Protein = (663,6 - 106,56) gram = 557,04 kg atau 557,04/1480 X 100% =37,64%.

Bungkil kedelai akan memenuhi kekurangan tersebut sejumlah: 19,04/26,3 X 1,48 kg = 1,07 kg BK

Bungkil kelapa akan memenuhi kekurangan tersebut sejumlah: 7,26/26,3 X 1,48 kg = 0,41 kg BK.

Jadi, jumlah materi pakan segar yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan ternak dengan kondisi tersebut di atas adalah:
Rumput gajah =5,92 X 100/16 kg = 37 kg
Bungkil kedelai =1,07 X 100/93,5 kg = 1,14 kg
Bungkil kelapa = 0,41 X 100186 kg = 0,48 kg.

3)         Teknologi Pakan
Teknologi pakan temak ruminansia meliputfi kegiatan pengolahan materi pakan yang bertujuan meningkatkan kualitas nutrisi, meningkatkan daya cerna dan memperpanjang masa simpan. Sering juga dilakukan dengan tujuan untuk mengubah limbah pertanian yang kurang berkhasiat menjadi produk yang berdaya guna.
Pengolahan materi pakan yang dilakukan secara fisik (pemotongan rumput sebelum diberikan pada ternak) akan memberi akomodasi bagi ternak yang mengkonsumsinya. Pengolahan secara kimiawi (dengan menambah beberapa materi kimia pada materi pakan semoga dinding sel tanaman yang semula berstruktur sangat keras berkembang menjadi lunak sehingga memudahkan mikroba yang hidup di dalam rumen untuk mencernanya.
Banyak teknik pengolahan telah dilakukan di negara-negara beriklim subtropis dan tropis, akan tetapi sering menimbulkan pakan menjadi tidak hemat dan masih memerlukan teknik-teknik untuk memodifikasinya, terutama dalam penerapannya di tingkat peternak.
Beberapa teknik pengolahan materi pakan yang gampang dilakukan di lapangan adalah:
a)         Pembuatan Hay
Hay ialah tanaman hijauan pakan temak, berupa rumput-rumputan Leguminosa yang disimpan dalam bentuk kering berkadar air: 20-30%. Pembuatan Hay bertujuan untuk menyeragamkan waktu panen semoga tidak mengganggu pertumbuhan pada periode berikutnya, alasannya ialah tanaman yang seragam akan memilik daya cerna yang lebih tinggi.
Tujuan khusus pembuatan Hay ialah semoga tanaman hijauan (pada waktu panen yang berlebihan) sanggup disimpan untuk jangka waktu tertentu sehingga sanggup mengatasi kesulitan dalam mendapat pakan hijauan pada demam isu kemarau.
Ada 2 metode pembuatan Hay yang sanggup diterapkan yaitu:
1)   Metode Hamparan
Merupakan metode sederhana, dilakukan dengan cara meghamparkan hijauan yang sudah dipotong di lapangan terbuka di bawah sinar matahari. Setiap hari hamparan di balik-balik sampai kering. Hay yang dibentuk dengan cara ini biasanya mempunyai kadar air: 20 - 30% (tanda:           warna kecoklat-coklatan).
2)   Metode Pod
            Dilakukan dengan memakai semacam rak sebagai tempat menyimpan hijauan yang telah dijemur selama I - 3 hari (kadar air ± 50%). Hijauan yang akan diolah harus dipanen dikala menjelang berbunga (berkadar protein tinggi, serat garang dan kandungan air optimal), sehingga hay yang diperoleh tidak berjamur (tidak berwarna "gosong") yang akan menimbulkan turunnya palatabilitas dan kualitas.
b)         Pembuatan Silase
Silase ialah materi pakan ternak berupa hijauan (rumput-rumputan atau leguminosa) yang disimpan dalam bentuk segar mengalami proses ensilase. Pembuatan silase bertujuan mengatasi kekurangan pakan di demam isu kemarau atau ketika penggembalaan ternak mustahil dilakukan.
Prinsip utama pembuatan silase:
1. menghentikan pernafasan dan penguapan sel-sel tanaman.
2. mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui proses fermentasi kedap udara.
3. menahan kegiatan enzim dan kuman pembusuk.
Pembuatan silase pada temperatur 27-35 derajat C., menghasilkan kualitas yang sangat baik. Hal tersebut sanggup dliketahui secara organoleptik, yakni:
1. mempunyai tekstur segar
2. berwarna kehijau-hijauan
3. tidak berbau
4. disukai ternak
5. tidak berjamur
6. tidak menggumpal
Beberapa metode dalam pembuatan silase:
1. Metode Pemotongan
            - Hijauan dipotong-potong dahulu, ukuran 3-5 cm
            - Dimasukkan kedalam lubang galian (silo) beralas plastik
            - Tumpukan hijauan dipadatkan (diinjak-injak)
            - Tutup dengan plastik dan tanah

2. Metode Pencampuran
Hijauan dicampur materi lain dahulu sebelum dipadatkan (bertujuan untuk mempercepat fermentasi, mencegah tumbuh jamur dan kuman pembusuk, meningkatkan tekanan osmosis sel-sel hijauan. Bahan gabungan sanggup berupa: asam-asam organik (asam formiat, asam sulfat, asam klorida, asam propionat), molases/tetes, garam, dedak padi, menir /onggok dengan takaran per ton hijauan sebagai berikut:
- asam organik: 4-6 kg
- molases/tetes: 40 kg
- garam: 30 kg
- dedak padi: 40 kg
- menir 35 kg
- onggok:30 kg
Pemberian materi pelengkap tersebut harus dilakukan secara merata ke seluruh hijauan yang akan diproses. Apabila memakai molases/tetes lakukan secara sedikit demi sedikit dengan perbandingan 2 penggalan pada tumpukan hijauan di lapisan bawah, 3 penggalan pada lapisan tengah dan 5 penggalan pada lapisan atas semoga terjadi pencampuran yang merata.

3. Metode Pelayuan
-  Hijauan dilayukan dahulu selama 2 hari (kandungan materi kering 40%-50%.
-  Lakukan mirip metode pemotongan
c)         Amoniasi
            Amoniasi merupakan proses perlakuan terhadap materi pakan limbah pertanian jerami) dengan penambahan materi kimia: kaustik soda (NaOH), sodium hidroksida (KOH) atau urea (CO(NH2)2.
Proses amoniasi sanggup memakai urea sebagai materi kimia semoga biayanya murah serta untuk menghindari polusi. Jumlah urea yang diharapkan dalam proses amoniasi: 4 kg/100 kg jerami. Bahan lain yang ditambahkan yaitu : air sebagai pelarut (1 liter air/1 kg jerami).
d)         Pakan Pemacu
Merupakan sejenis pakan yang berperan sebagai pemacu pertumbuhan dan peningkatan populasi mikroba di dalam rumen, sehingga sanggup merangsang penambahan jumlah konsumsi serat garang yang akan meningkatkan produksi.
Molases sebagai materi dasar pakan pemacu merupakan materi pakan yang sanggup difermentasi dan mengandung beberapa mineral penting. Dapat memperbaiki formula menjadi lebih kompak, mengandung energi cukup tinggi sehingga sanggup meningkatkan palatabilitas serta citarasa.
Urea merupakan materi pakan sumber nitrogen yang sanggup difermentasi. Setiap kilogram urea mempunyai nilai yang setara dengan 2,88 kg protein garang (6,25 X 46%). Dalam proporsi tertentu mempunyai dampak positif terhadap peningkatan konsumsi serat garang dan daya cerna.
1.         Proses Pembuatan
            Dilakukan dalam suasana hangat dan bertahap
-          Molases (29 % dari total formula) dipanaskan pada suhu ± 50 derajat C.
-          Buat gabungan I (tapioka 16%, dedak padi 18%, bungkil kedelai 13%).
-          Buat gabungan II (urea: 5%, kapur 4%, garam 9%).
-          Buat gabungan III (tepung tulang 5% dan mineral 1%).
-          Buat gabungan IV dari gabungan I, II, dan III yang diaduk rata.
-          Masukkan gabungan IV sedikit sedikit ke dalam molases, diaduk sampai merata (± 15 menit).
-          Masukkan dalam mangkok/cetakan kayu beralas plastik dan padatkan.
-          Simpan di tempat teduh dan kering.

2.         Kualitas Nutrisi
Hasil analisis proksimat, pakan pamacu yang dibentuk dengan formulasi tersebut mempunyai nilai nutrisi sebagai berikut: Energi 1856 Kcal, protein 24%, kalsium 2,83% dan fosfor 0,5%.

3.         Jumlah dan Metode Pemberian
Pemberian pakan pamacu sanggup meningkatkan konsentrasi amonia dalam rumen dari (60-100) mgr/iter menjadi 150-250 mgr/liter. Jumlah kontribusi pakan pemacu diadaptasi dengan jenis dan berat tubuh ternak. Untuk ternak ruminansia kecil (domba-kambing) maksimum 4 gram untuk setiap berat badan. Untuk ternak ruminansia besar (sapi) 2 gram untuk setiap berat tubuh dan 3,8 gram untuk kerbau. Pemberian pakan pemacu sangat cocok bagi temak ruminansia yang digembalakan dan diberi sisa tanaman pangan mirip jerami atau materi pakan berkadar protein rendah.
e)         Pakan Penguat
Pakan penguat atau konsentrat yang berbentuk mirip tepung ialah sejenis pakan komplet yang dibentuk khusus untuk meningkatkan produksi dan berperan sebagai penguat. Praktis dicerna, lantaran terbuat dari gabungan beberapa materi pakan sumber energi (biji-bijian, sumber protein jenis bungkil, kacang-kacangan, vitamin dan mineral). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pakan penguat:

1. Ketersediaan Harga Satuan Bahan Pakan
Beberapa materi pakan gampang diperoleh di suatu daerah, dengan harga bervariasi, sedang di beberapa kawasan lain sulit didapat. Harga perunit materi pakan sangat berbeda antara satu kawasan dan kawasan lain, sehingga keseragaman harga per unit nutrisi (bukan harga per unit berat) perlu dihitung terlebih dahulu.

2. Standar kualitas Pakan Penguat
Kualitas pakan penguat dinyatakan dengan nilai nutrisi yang dikandungnya terutama kandungan energi dan potein. Sebagai pedoman, setiap Kg pakan penguat harus mengandung minimal 2500 Kcal energi dan 17% protein, serat garang 12%.

3.  Metode dan Teknik Pembuatan
Metode formulasi untuk pakan penguat ialah metode simultan, metode segiempat bertingkat, metode aljabar, metode konstan kontrol, metode ekuasi atau metode grafik.

4.  Prosedur Memformulasi
  • Buat daftar materi pakan yang akan digunakan, kandungan nutrisinya (energi, potein), harga per unit berat, harga per unit energi dan harga per unit protein.
  • Tentukan standar kualitas nutrisi pakan penguat yang akan dibuat.
  • Memformulasi, dilakukan pada form formulasi.
  • Tentukan sebanyak 2% (pada kolom %) materi pakan sebagai sumber vitamin dan mineral.
  • Tentukan sebanyak 30% materi pakan yang mempunyai kandungan energi lebih tinggi daripada kandungan energi pakan penguat, tetapi harga per unit energinya yang paling murah (dapat dipakai lebih dari 1 macam materi pakan).
  • Tentukan sebanyak 18% materi pakan yang mempunyai kandungan protein lebih tinggi daripada kandungan protein pakan penguat, tetapi harga per unit proteinnya paling murah.
  • Jumlahkan (% bahan, Kcal energi, % protein dlan harganya), maka 50% formula sudah diperoleh.
Lakukan pengecekan kualitas dengan membandingkan kualitas nutrisi % 0% formula dengan kualitas nutrisi 50% pakan penguat.
Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar

No comments

Ads

Advertiser