-->

Ads1

Budidaya Jambu Biji / Jambu Watu ( Psidium Guajava L. )

Budidaya Jambu Biji / Jambu Watu ( Psidium Guajava L. )

Budidaya Jambu Biji / Jambu Watu ( Psidium Guajava L. )


1. SEJARAH SINGKAT
Jambu biji yaitu salah satu tanaman buah jenis perdu, dalam bahasa Inggris
disebut Lambo guava. Tanaman ini berasal dari Brazilia Amerika Tengah, menyebar
ke Thailand kemudian ke negara Asia lainnya ibarat Indonesia. Hingga dikala ini telah
dibudidayakan dan menyebar luas di daerah-daerah Jawa. Jambu biji sering disebut
juga jambu klutuk, jambu siki, atau jambu batu. Jambu tersebut kemudian dilakukan
persilangan melalui stek atau okulasi dengan jenis yang lain, sehingga akhirnya
mendapatkan hasil yang lebih besar dengan keadaan biji yang lebih sedikit bahkan
tidak berbiji yang diberi nama jambu Bangkok lantaran proses terjadinya dari
Bangkok.

2. JENIS TANAMAN
Dari sejumlah jenis jambu biji, terdapat beberapa varietas jambu biji yang digemari
orang dan dibudidayakan dengan menentukan nilai ekonomisnya yang relatif lebih tinggi
diantaranya:
1) Jambu sukun (jambu tanpa biji yang tumbuh secara partenokarpi dan bila tumbuh
dekat dengan jambu biji akan cenderung berbiji kembali).
2) Jambu bangkok (buahnya besar, dagingnya tebal dan sedikit bijinya, rasanya
agak hambar). Setelah diadakan percampuran dengan jambu susu rasanya
berubah asam-asam manis.
3) Jambu merah.
4) Jambu pasar minggu.
5) Jambu sari.
6) Jmabu apel.
7) Jambu palembang.
8) Jambu merah getas.

3. MANFAAT TANAMAN
1) Sebagai kuliner buah segar maupun olahan yang memiliki gizi dan
mengandung vitamin A dan vitamin C yang tinggi, dengan kadar gula 8%. Jambu
biji memiliki rasa dan aroma yang khas disebabkan oleh senyawa eugenol.
2) Sebagai pohon pembatas di pekarangan dan sebagai tanaman hias.
3) Daun dan akarnya juga sanggup dipakai sebagai obat tadisional.
4) Kayunya sanggup dibuat banyak sekali alat dapur lantaran memilki kayu yang besar lengan berkuasa dan
keras.

4. SENTRA PENANAMAN
Jambu biji dibudidayakan di negara-negara ibarat Jepang, Malaysia, Brazilia dan
lain-lain. Di Indonesia, Pulau Jawa merupakan pusat penanaman buah jambu
terbesar antara lain di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah DI
Yogyakarta, dan Jawa Timur. Sentra produksi yang lain yaitu Sumatera dan
Kalimantan. Pada tahun-tahun terakhir ini jambu biji telah berkembang dan kemudian
muncul jambu Bangkok yang dibudidayakan di kota Kleri, Kabupaten Karawang,
Jawa Barat.

5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Dalam budidaya tanaman jambu biji angin berperan dalam penyerbukan, namun
angin yang kencang sanggup mengakibatkan kerontokan pada bunga.
2) Tanaman jambu biji merupakan tanaman tempat tropis dan sanggup tumbuh di
daerah sub-tropis dengan intensitas curah hujan yang diharapkan berkisar antara
1000-2000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun.
3) Tanaman jambu biji sanggup tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal
pada suhu sekitar 23-28 derajat C di siang hari. Kekurangan sinar matahari dapat
menyebabkan penurunan hasil atau kurang tepat (kerdil), yang ideal musim
berbunga dan berbuah pada waktu ekspresi dominan kemarau yaitu sekitar bulan JuliTTG
September sedang ekspresi dominan buahnya terjadi bulan Nopember-Februari bersamaan
musim penghujan.
4) Kelembaban udara sekeliling cenderung rendah lantaran kebanyakan tumbuh di
dataran rendah dan sedang. Apabila udara memiliki kelembaban yang rendah,
berarti udara kering lantaran miskin uap air. Kondisi demikian cocok untuk
pertumbuhan tanaman jambu bij.

5.2. Media Tanam
1) Tanaman jambu biji sebetulnya sanggup tumbuh pada semua jenis tanah.
2) Jambu biji sanggup tumbuh baik pada lahan yang subur dan gembur serta banyak
mengandung unsur nitrogen, materi organik atau pada tanah yang keadaan liat
dan sedikit pasir.
3) Derajat keasaman tanah (pH) tidak terlalu jauh berbeda dengan tanaman lainnya,
yaitu antara 4,5-8,2 dan bila kurang dari pH tersebut maka perlu dilakukan
pengapuran terlebih dahulu.

5.3. Ketinggian Tempat
Jambu biji sanggup tumbuh subur pada tempat tropis dengan ketinggian antara 5-1200
m dpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Pembibitan pohon jambu biji dilakukan melalui sistem pencangkokan dan okulasi,
walaupun sanggup juga dilakukan dengan cara menanam biji dengan secara langsung.
1) Persyaratan Benih
Benih yang diambil biasanya dipilih dari benih-benih yang disukai oleh masyarakat
konsumen yang merupakan bibit unggulan ibarat jambu bangkok. Bibit yang baik
antara lain yang berasal dari:
a) Buah yang sudah cukup tua.
b) Buahnya tidak jatuh hingga pecah.
c) Pengadaan bibit lebih dari satu jenis untuk menjamin kemungkinan adanya
persarian bersilang.
2) Penyiapan Benih
Setelah buah dikupas dan diambil bijinya, kemudian disemaikan dengan jalan fermentasi
biasa (ditahan selama 1-2 hari) setelah itu di angin-anginkan selama 24 jam
(sehari semalam). Biji tersebut direndam dengan larutan asam dengan
perbandingan 1:2 dari air dan larutan asam yang terdiri dari asam chlorida (HCl)
25% Asam Sulfat (H2S04) BJ : 1.84, caranya direndam selama 15 menit
kemudian dicuci dengan air tawar yang higienis sebanyak 3 kali berulang/dengan
air yang mengalir selama 10 menit, kemudian dianginkan selama 24 jam. Untuk
menghidari jamur, biji sanggup dibalur dengan larutan Dithane 45, Attracol 70 WP
atau fungisida lainnya. Setelah batang pokok telah mencapai ketinggia 5-6 meter
bibit yang disemaikan gres sanggup dilakukan okulasi /cangkok yang kira-kira telah
bergaris tengah 1cm dan tumbuh lurus, kemudian dengan memakai pisau
okulasi dilakukan pekerjaan okulasi dan setelah selesai pencangkokan ditaruh
dalam media tanah baik dalam bedengan maupun didalam pot/kantong plastik,
setelah tanaman sudah cukup besar lengan berkuasa gres dipindah kelokasi yang telah disiapkan.
3) Teknik Penyemaian Benih
Pilih lahan yang gembur dan sudah mendapat pengairan serta gampang dikeringkan
disamping itu gampang diawasi untuk penyemaian. Cara penyemaian adalah
sebagai berikut: tanah dicangkul sedalam 20-30 cm sambil dibersihkan dari
rumput-rumput, batu-batu dan sisa pepohonan dan benda keras lainnya,
kemudian tanah dihaluskan sehingga menjadi gembur dan dibuat bedengan yang
berukuran lebar 3-4 m dan tinggi sekitar 30 cm, panjang diadaptasi dengan
lahan yang idel sekitar 6-7 m, dengan keadaan bedengan membujur dari utara ke
selatan, supaya mendapat banyak sinar matahari, dengan jarak antara bedeng
1 m, dan untuk menambah kesuburan sanggup diberi pupuk hijau, kompos/pupuk
kandang sebanyak 40 kg dengan keadaan sudah matang dan benih siap
disemaikan. Selain melalui proses pengecambahan biji juga sanggup langsung
ditunggalkan pada bedeng-bedang yang sudah disiapkan, untuk menyiapkan
pohon pangkal lebih baik melalui proses pengecambahan, biji-biji tersebut ditanam
pada bedeng-bedeng yang berjarak 20-30 cm setelah berkecambah sekitar umur
1-2 bulan, sudah tumbuh daun sekitar 2-3 helai maka bibit sanggup dipindahkan dari
bedeng persemaian ke bedeng penanaman. Setelah mencapai keinggian 5-6 m,
kurang lebih telah berumur 6-9 bulan pencangkokan atau okulasi sanggup dimulai
dengan mengerat cabang sepanjang 10-15 cm kemudian diberi media tanah yang
telah diberi pupuk kandang, kemudian dibalut dengan sabut kelapa atau plastik
yang telah diberi lubang-lubang sirkulasi, kemudian diikat dengan tali plastik
supaya menjaga petumbuhan akar tidak mengalami hambatan. Akar akan tumbuh
dengan cepat, sekitar 2-3 bulan. Mulai dlakukan okulasi dengan mata tangkai
yang telah berumur 1 th, melalui cara Forkert yng disempurnakan, dengan lebar
0,8 cm setinggi 10 cm dari permukaan tanah, setelah dikupas kulitya sebesar 2/3
pada kepingan bibir kulit dan setelah berumur 2-3 ahad tali dilepas bila kelihatan
mata tetap konndisi hijau, okulasi dianggap berhasil dan pohon pangkal diatas
okulasi setinggi 5 cm direndahakan supaya memberi kesempatan mata terebut
untuk berkembang dan setelah itu pohon pangkal dipotong, bibit hasil okulasi
dapat dipindah pada pot-pot atau kantong plastik, kemudian dilakukan
pemotongan pada akar tunggang sedikit supaya akar akan lebih cepat berkebang.
Setelah itu gres dilakukan penanaman dalam lobang-lobang bedengan yang telah
dipersiapkan.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Pemberian pupuk sangkar sebelum disemaikan akan lebih mendorong
pertumbuhan benih secara cepat dan merata, setelah bibit mulai berkecambah
sekitar umur 1-1,5 bulan dilakukan penyiraman dengan memakai larutan
Atoik 0,05-0,1% atau Gandasil D 0,2%, untuk merangsang secara eksklusif pada
daun dan akar, sehingga memperlihatkan kekuatan vital untuk aktivitas pertumbuhan
sel. Setelah itu dilakukan penyiraman pagi-sore secara rutin, hingga kecambah
dipindah ke bedeng pembibitan, penyiraman dilakukan cukup 1 kali tiap pagi hari
sampai menjelang mata hari terbit, alat yang dipakai "gembor" supaya
penyiraman sanggup merata dan tidak merusak bedengan, diusahakan supaya air
dapat menembus sedalam 3-4 cm dari permukaan. Selanjutnya dilakukan
pendangiran bedengan supaya tetap gembur, dilakukan setiap 2-3 ahad sekali,
rumput yang tumbuh disekitarnya supaya disiangi, hindarkan dari serangan hama
dan penyakit, hingga umur kurang lebih 1 tahun, gres setelah itu sanggup dilakukan
pengokulasian dengan sistem Fokert yang sudah disempurnakan, sebelum
dilakukan okulasi daun-daun pohon induk yang telah dipilih mata kulitnya
dirontokkan, kemudian setelah penempelan mata kulit dilakukan, dinantikan sampai
mata kulit itu tumbuh tunas, setelah itu batang diatas tunas gres pada pohon induk
di pangkas, kemudian rawat dengan penyiraman 2 kali sehari dan mendangir
serta membersihkan rumput-rumput yang ada disekitarnya. sumbangan pupuk
daun dengan Gundosil atau Atonik diberikan setiap 2 ahad sekali selama 4
bulan dengan cara disemprotkan melalui daun, tiap tanaman disemprot 50 cc
larutan.
5) Pemindahan Bibit
Cara pemindahan bibit yang telah berkecambah atau telah di cangkok maupun
diokulasi sanggup dengan mencungkil atau membuka plastik yang menempel pada
media penanaman dengan cara hati-hati jangan hingga akar menjadi rusak, dan
pencungkilan dilakukan dengan kedalaman 5 cm, semoga tumbuh akar lebih banyak
maka dalam penanaman kembali akar tunggangnya dipotong sedikit untuk
menjaga terjadinya penguapan yang berlebihan, kemudian lebar daun dipotong
separuh. Ditanam pada bedeng pembibitan dengan jarak 6-7 m dan ditutupi
dengan atap yang dipasang miring lebih tinggi di timur, dengan impian dapat
lebih banyak kena sinar mata hari pagi. Dan dilakukan penyiraman secara rutin
tiap hari 2 kali, kecuali ditanam pada ekspresi dominan penghujan.

6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Sebagai salah satu syarat dalam mempersiapkan lahan kebun buah-buahan
khususnya Jambu biji dipilih tanah yang subur, banyak mengandung unsur
nitrogen, meskipun pada tempat perbukitan tetapi tanahnya subur, dilakukan
dengan cara menciptakan sengkedan (teras) pada kepingan yang curam, kemudian
untuk menggemburkan tanah perlu di bajak atau cukup dicangkul dengan
kedalaman sekitar 30 cm secara merata. Selanjutnya diberi pupuk kandang
dengan takaran 40 kg/m persegi, kemudian dibuatkan bedengan dengan ukuran
1,20 m yang panjangnya diadaptasi dengan ukuran yang diperlukan.
2) Pembukaan Lahan
Tanah yang akan dipergunakan untuk kebun jambu biji dikerjakan semua secara
bersama, tanaman pengganggu ibarat semak-semak dan rerumputan dibuang,
dan benda-benda keras disingkirkan kemudian tanah dibajak atau dicangkul
dalam, dengan mempertimbangkan bibit yang mau ditanam. Bila bibit berasal dari
cangkokan pengolahan tanah tidak perlu terlalu dalam (30 cm), tetapi bila hasil
okulasi perlu pengolahan yang cukup dalam (50 cm). Kemudian dibuatkan saluran
air selebar 1 m dan ke dalam diadaptasi dengan kedalaman air tanah, guna
mengatasi sistem pembuangan air yang kurang lancar. Tanah yang kurus dan
kurang humus/ tanah cukup liat diberikan pupuk hijau yang dibuat dengan cara
mengubur ranting-ranting dan dedaunan dengan kondisi ibarat ini dibiarkan
selama kurang lebih 1 tahun sebelumnya. Kemudian dilakukan pemupukan
sebanyak 2 kaleng minyak tanah (4 kg) per meter persegi. Dilanjutkan pembuatan
bedengan sesuai dengan kebutuhan.
3) Pembentukan Bedengan
Tanah yang telah gembur, dibuatkan bedang-bedang yang berukuran 3 m lebar,
panjang sesuai dengan kebutuhan, tinggi sekitar 30 cm. Bagian atas tanah
diratakan guna menopang bibit yang akan ditanam. Idealnya jarak baris
penanaman benih sekitar 4 m, dipersiapakan jarak didalam baris bedengan
sepanjang 2,5 m dengan keadaan membujur dari utara ke selatan, supaya
mendapatkan banyak sinar matahari pagi, setelah diberi atap pelindung dengan
jarak antara bedeng 1 m, untuk sarana lalu-lintas para pekerja dan dapat
digunakan sebagai susukan air pembuangan, untuk menambah kesuburan dapat
diberi pupuk hijau, kompos/pupuk sangkar yang sudah matang. Terkecuali
apabila penanaman jenis jambu Bangkok memakai jarak tanaman antara 3
x 2 m.
4) Pengapuran
Pengapuran dilakukan apabila dataran yang berasal dari tambak dan juga dataran
yang gres terbentuk tidak bisa ditanami, selain tanah masih bersifat asam juga
belum terlalu subur. Caranya dengan menggali lobang-lobang dengan ukuran 1 x
1 m, dasar lobang ditaburkan kapur sebanyak 0,5 liter untuk setiap lobang, guna
menetralkan pH tanah hingga mencapai 4,5-8,2. Setelah 1 bulan dari penaburan
kapur diberi pupuk kandang.
5) Pemupukan
Setelah jangka waktu 1 bulan dari sumbangan kapur pada lubang-lubang yang
ditentukan kemudian diberikan pupuk sangkar dengan urutan pada bulan pertama
diberi NPK dengan takaran 12:24:81 ons/pohon, bulan kedua dilakukan sama
dengan bulan pertama, pada bulan ketiga diberi NPK dengan takaran 15:15:15
ons/pohon dan bulan ke 4 hingga tanaman berbuah, supaya jambu tetap bebuah
gunakan pupuk sangkar yang sudah matang dan ditanamkan sejauh 30 cm dari
batang tanaman. Pemupukan merupakan kepingan terpenting yang peggunaannya
tidak sanggup sembarangan, terlebih-lebih kalau memakai pupuk buatan seperti
NPK, kalau dilakukan berlebihan akan berakibat adanya perubahan sifat dari
pupuk menjadi racun yang akan membahayakan tanaman itu sendiri.

6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanaman
Setelah terjadi proses perkecambahan biji yang telah remaja ditempatan
pada bedeng-bedang yang telah siap. Juga penyiapan pohon pangkal sebaiknya
melalui proses perkecambahan kemudian ditanam dengan jarak 20 x 30 cm
setelah berkecambah dan berumur 1-2 bulan atau telah tumbuh daun sebanyak 2-
3 helai maka bibit/zaeling sanggup dipindahkan pada bedeng ke dua yang telah
dibentuk selebar 3-4 m dengan jarak tanam 7-10 m dengan kedalaman sekitar 30-
40 cm, jarak antara bedeng selebar 1 m, didahului perataan tanah ditengah
bedengan guna pembuatan lubang-lubang penanaman. Untuk menghindari
sengatan sinar matahari secara eksklusif dibuat atap yang berbentuk miring lebih
tinggi ke timur dengan maksud supaya mendapat sinar matahari pagi hari
secara penuh.
2) Pembuatan Lubang Tanaman
Pembuatan lubang pada bedeng-bedeng yang telah siap untuk tempat
penanaman bibit jambu biji yang sudah jadi dilakukan setelah tanah diolah secara
matang kemudian dibuat lobang-lobang dengan ukuran 1 x 1 x 0,8 m yang
sebaiknya telah dipersiapkan 1 bulan sebelumnya dan pada waktu penggalian
tanah yang diatas dan yang dibawah dipisahkan, nantinya akan dipergunakan
untuk epilog kembali lubang yang telah diberi tanaman, pemisahan tanah galian
tersebut dibiarkan selama 1 ahad dimaksudkan semoga jasad renik yang akan
mengganggu tanaman musnah; sedangkan jarak antar lubang sekitar 7-10 m.
3) Cara Penanaman
Setelah berlangsung selama 1 pekan lubang ditutup dengan susunan tanah
seperti semula dan tanah di kepingan atas dikembalikan setelah dicampur dengan 1
blek (1 blek ± 20 liter) pupuk sangkar yang sudah matang, dan kira-kira 2 pekan
tanah yang berada di lubang bekas galian tersebut sudah mulai menurun baru
bibit jambu biji ditanam, penanaman tidak perlu terlalu dalam, secukupnya,
maksudnya batas antara akar dan batang jambu biji diusahakan setinggi
permukaan tanah yang ada disekelilingnya. Kemudian dilakukan penyiraman
secara rutin 2 kali sehari (pagi dan sore), kecuali pada ekspresi dominan hujan tidak perlu
dilakukan penyiraman.
4) Lain-lain
Pada awal penanaman di kebun perlu diberi proteksi yang rangkanya dibuat
dari bambu/bahan lain dengan dipasang posisi agak tinggi disebelah timur, agar
tanaman mendapat lebih banyak sinar matahari pagi dari pada sore hari, dan
untuk atapnya sanggup dibuat dari daun nipah, kelapa/tebu. Sebaiknya penanaman
dilakukan pada awal ekspresi dominan penghujan, semoga kebutuhan air sanggup dipenuhi secara
alamiah.

6.4. Pemeliharaan Tanaman
Meskipun penanaman jambu biji bisa tumbuh dan menghasilkan tanpa perlu
diperhatikan keadaan tanah dan cuaca yang mempengaruhinya tetapi akan lebih
baik apabila keberadaannya diperhatikan, lantaran tanaman yang diperhatikan
dengan baik akan memperlihatkan imbalan hasil yang memuaskan.
1) Penjarangan dan Penyulaman
Karena kondisi tanah telah gembur dan gampang tanaman lain akan tumbuh kembali
terutama Gulma (tanaman pengganggu), ibarat rumput-rumputan dan harus
disiangi hingga radius 1,5-2 m sekeliling tanaman rambutan. Apabila bibit tidak
tumbuh dengan baik segera dilakukan penggantian dengan bibit cadangan. Dan
apabila tumbuh tanaman terlalu jauh jaraknya maka perlu dilakukan penyulaman
dan sebaliknya apabila tumbuhnya sangat berdekatan penjarangan.
2) Penyiangan
Selama 2 ahad setelah bibit yang berasal dari cangkokan/ okulasi ditanam di
lahan perlu penyiangan dilakukan hanya pada batang dahan renta (warna coklat)
dengan dahan muda (warna hijau) dan apabila buah terlalu banyak, tunas yang
ada dalam satu ranting bisa dikurangi, dengan dikuranginya tunas yang tidak
diperlukan akan berakibat buah menjadi besar dan menjadi manis rasanya.
Khusus jambu non biji dengan membatasi percabangan buahnya maksimal 3
buah setelah panjang 30-50 cm dilakukan pangkasan, dan setelah tumbuh
cabang tersier segera dilenturkan ke arah mendatar, guna untuk merangsang
tunas bunga dan buah yang akan tumbuh.
3) Pembubunan
Supaya tanah tetap gembur dan subur pada lokasi penanaman bibit jambu biji
perlu dilakukan pembalikan dan penggemburan tanah supaya tetap dalam
keadaan lunak, dilakukan setiap 1 bulan sekali hingga tanaman bisa dianggap
telah besar lengan berkuasa betul.
4) Perempalan
Agar supaya tanaman jambu biji mendapat tajuk yang rimbun, setelah
tanaman berumur 2 tahun segera dilakukan perempelan/ pemangkasan pada
ujung cabang-cabangnya. Disamping untuk memperoleh tajuk yang seimbang
juga berkhasiat memberi bentuk tanaman, juga memperbanyak dan mengatur
produksi semoga tanaman tetap terpelihara dan pemangkasan juga perlu dilakukan
setelah masa panen buah berakhir, dengan impian semoga muncul tajuk-tajuk baru
sebagai tempat munculnya bunga gres pada ekspresi dominan berikutnya dengan hasil lebih
meningkat atau tetap stabil keberadaannya.
5) Pemupukan
Untuk menjaga semoga kesuburan lahan tanaman jambu biji tetap stabil perlu
diberikan pupuk secara terjadwal dengan aturan:
a) Pada tahun 0-1 umur penanaman bibit diberikan pada setiap pohon dengan
campuran 40 kg pupuk kandang, 50 kg TSP, 100 gram Urea dan 20 gram ZK
dengan cara ditaburkan disekeliling pohon atau dengan jalan menggali di
sekeliling pohon sedalam 30 cm dan lebar antara 40-50 cm, kemudian
masukkan adonan tersebut dan tutup kembali dengan tanah galian
sebelumnya. Tanaman bisa berbuah 2 kali setahun.
b) Pemupukan tanaman umur 1-3 tahun, setelah tanaman berbuah 2 kali.
Pemupukan dilakukan dengan NPK 250 gram/pohon, dan TSP 250
gram/pohon, dan seterusnya cara ibarat ini dilakukan setiap 3 bulan sekali
dengan TSP dan NPK dengan takaran sama.
c) Pemupukan tanaman umur 3 tahun keatas, Kalau pertumbuhan tanaman
kurang sempurna, terutama terlihat pada pertumbuhan tuas hasil pemangkasan
raning, berarti selain TSP dan NPK dengan ukuran yang sama tanaman
memerlukan pupuk sangkar sebanyak 2 kaleng minyak per pohon.
Cara pemupukan dilakukan dengan menciptakan torakan yang mengelilingi tanaman
persis di bawah ujung tajuk dengan kedalaman sekitar 30-40 cm dan pupuk
segera di tanam dalam torakan tersebut dan ditutup kembali dengan bekas galian
terdahulu.
6) Pengairan dan Penyiraman
Selama dua ahad pertama setelah bibit yang berasal dari cangkokan atau
okulasi ditanam, penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari, pagi dan sore.
Dan minggu-minggu berikutnya penyiraman sanggup dikurangi menjadi satu kali
sehari. Apabila tanaman jambu biji telah tumbuh benar-benar besar lengan berkuasa frekuensi
penyiraman bisa dikurangi lagi yang sanggup dilakukan saat-saat diperlukansaja.
Dan bila turun hujan terlalu lebat diusahakan semoga sekeliling tanaman tidak
tegenang air dengan cara menciptakan lubang susukan untuk mengalirkan air.
Sebaliknya pada ekspresi dominan kemarau tanah kelihatan merekah maka diperlukan
penyiraman dengan memakai pompa air 3 PK untuk lahan seluas kurang
lebih 3000 m2 dan dilakukan sehari sekali tiap sore hari.
7) Waktu Penyemprotan Pestisida
Guna menjaga kemungkinan tumbuhnya penyakit atau hama yang ditimbulkan
baik lantaran kondisi cuaca dan juga dari hewan-hewan perusak, maka perlu
dilakukan penyemprotan pestisida pada umumnya dengan nogos, antara 15-20
hari sebelum panen dan juga perlu disemprot dengan sevin atau furadan terutama
untuk menghindarkan adanya ulat jambu, tikus atau jenis semut-semutan,
disamping itu penyemprotan dilakukan dengan fungisida jenis Delsene 200 MX
guna memberantas cendawan yang akan mengundang hadirnya semut-semut.
Disamping itu juga dipakai insektisida guna memberantas lalat buah dan kutu
daun disemprot 2 x seminggu dan setelah sebulan sebelum panen penyemprotan
dihentikan.
8) Pemeliharaan Lain
Untuk memacu munculnya bunga Jambu biji diharapkan larutan KNO3 (Kalsium
Nitrat) yang akan mempercepat 10 hari lebih awal dari pada tidak diberi KNO3 dan
juga memiliki keunggulan memperbanyak "dompolan" bunga (tandan) jambu
biji pada setiap stadium (tahap perkembangan) dan juga mempercepat
pertumbuhan buah jambu biji, cara sumbangan KNO3 dengan jalan
menyemprotkan pada pucuk-pucuk cabang dengan takaran antara 2-3 liter larutan
KNO3 untuk setiap 10 pucuk tanaman dengan ukuran larutan KNO3 adalah 10
gram yang dilarutkan dengan 1 liter pengencer teknis.

7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Ulat daun (trabala pallida)
Pengendalian: dengan memakai nogos.
2) Ulat keket (Ploneta diducta)
Pengendalian: sama dengan ulat daun.
3) Semut dan tikus
Pengendalian: dengan penyemprotan sevin dan furadan.
4) Kalong dan Bajing
Keberadaan serangga ini dipengaruhi faktor lingkungan baik lingkungan biotik
maupun abiotik. Yang termasuk faktor biotik ibarat persediaan makanan,
Pengendalian: dengan memakai musuh secara alami.
5) Ulat putih
Gejala: buah menjadi berwarna putih hitam, Pengendalian: dilakukan
penyemprotan dengan insektisida yang sesuai sebanyak 2 kali seminggu hingga
satu bulan sebelum panen penyemprotan dihentikan.
6) Ulat penggerek batang (Indrabela sp)
Gejala: menciptakan kulit kayu dan bisa menciptakan lobang sepanjang 30 cm;
Pengendalian: sama dengan ulat putih.
7) Ulat jengkal (Berta chrysolineate)
Ulat pemakan daun muda, berbentuk ibarat tangkai daun berwarna cokelat dan
beruas-ruas Gejala: pinggiran daun menjadi kering, keriting berwarna cokelat
kuning. Pengendalian: sama dengan ulat putih.

7.2. Penyakit
1) Penyakit lantaran ganggang (Cihephaleusos Vieccons)
Menyerang daun renta dan muncul pada ekspresi dominan hujan. Gejala: adanya bercakbercak
kecil dibagian atas daun disertai serat-serat halus berwarna jingga yang
merupakan kumpulan sporanya. Pengendalian: dengan menyempotakan
fungisida ibarat Dlsene 200 MX.
2) Jamur Ceroospora psidil , Jamur karat poccinia psidil, Jamur allola psidil
Gejala: bercak pada daun berwarna hitam. Pengendalian: dengan
menyempotakan fungisida ibarat Dlsene 200 MX.
3) Penyakit lantaran cendawan (jamur) Rigidoporus Lignosus
Gejala: rizom berwarna putih yang menempel pada akar dan apabila akar yang
kena dikupas akan nampak warna kecoklatan. Pengendalian: dengan
menyempotakan fungisida ibarat Dlsene 200 MX.

7.3. Gulma
Segala macam flora pengganggu tanaman jambu biji yang berbentuk
rerumputan yang berada disekitar tanaman jambu biji yang mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan bibit tanaman, oleh alasannya itu perlu dilakukan
penyiangan secara rutin.

8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Buah jambu biji umumnya pada umur 2-3 tahun akan mulai berbuah, berbeda
dengan jambu yang pembibitannya dilakukan dengan cangkok/stek umur akan lebih
cepat kurang lebih 6 bulan sudah bisa buah, jambu biji yang telah matang dengan
ciri-ciri melihat warna yang disesuikan dengan jenis jambu biji yang ditanam dan juga
dengan mencium baunya serta yang terakhir dengan mencicipi jambu biji yang
sudah masak dibandingkan dengan jambu yang masih hijau dan belum masak,
dapat dipastikan bahwa pemanenan dilakukan setelah jambu bewarna hijau pekat
menjadi muda ke putih-putihan dalam kondisi ini maka jambu telah siap dipanen.

8.2. Cara Panen
Cara pemanenan yang terbaik yaitu dipetik beserta tangkainya, yang sudah
matang (hanya yang sudah masak) sekaligus melaksanakan pemangkasan pohon agar
tidak menjadi rusak, waktunya setelah 4 bulan umur buah kemudian dimasukkan ke
dalam keranjang yang dibawa oleh pemetik dan setelah penuh diturunkan dengan
tali yang telah disiapkan sebelumnya, hingga pemanenan selesai dilakukan.
Pemangkasan dilakukan sekaligus panen supaya sanggup bertunas kembali dengan
baik dengan impian sanggup cepat berbuah kembali.

8.3. Periode Panen
Periode pemanenan setelah buah jambu biji dilakukan pembatasan buah dalam satu
rantingnya kurang lebih 2-3 buah, hal ini dimaksudkan semoga buah sanggup berkembang
besar dan merata. Dengan sistem ini diharapkan pemanenan buah sanggup dilakukan
dua kali dalam setahun (6 bulan) atau sekitar 2-3 bulan setelah berbuah, dengan
dicari buah yang masak, dan yang belum masak supaya ditinggal dan kemudian
dipanen kembali, catatan apabila buah sudah masak tetapi tidak dipetik maka akan
berakibat datangnya binatang pemakan buah ibarat kalong, bajing dll.

8.4. Prakiraan Produksi
Apabila penanganan dan pemeliharaan sejak pembibitan hingga panen
dilakukan secara baik dan benar serta memenuhi aturan yang ada maka dapat
diperkirakan mendapat hasil yang diharapkan. Pada penanaman 400 pohon
setelah 2-3 bulan dari pohon cangkokan setelah tanam sudah mulai berbunga dan 6
bulan sudah mulai dipanen, pemanenan dilakukan setiap 4 hari sekali dengan hasil
setiap panenan seberat 100 kg buah jambu. Di Indonesia per tahunnya dapat
mencapai 53.200 ton dengan luas tanaman selebar 17.100 hektar. Harga jual
sekarang ke konsumen mencapai Rp. 650,- per ikat atau hingga Rp.750/ kg.

9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Setelah dilakukan pemanenan yang benar buah jambu biji harus dikumpulkan secara
baik, biasanya dikumpulkan tidak jauh dari lokasi pohon sehingga selesai
pemanenan secara keseluruhan. Hasil panen selanjutnya dimasukkan dalam
keranjang dengan diberi dedauan menuju ke tempat penampungan yaitu dalam
gudang/gubug.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Tujuan penyortiran buah jambu biji dimaksudkan jambu yang manis mempunyai
harga jualnya tinggi, biasanya dipilih menurut ukuran dan mutunya, buah yang
kecil tetapi baik mutunya sanggup dicampur dengan buah yang besar dengan mutu
sama, yang biasanya dijual dalam bentuk kiloan atau bijian dan perlu diingat bahwa
dalam penyortiran diusahakan sama besar dan sama baik mutunya. Dan dilakukan
sesuai dengan jenis jambu biji, jangan dicampur adukkan dengan jenis yang lain.

9.3. Penyimpanan
Penyimpanan jambu biji biasanya tidak terlalu usang mengingat daya tahan jambu biji
tidak bisa terlalu usang dan sementara belum sanggup dijual ke pasar ditampung dulu
dalam gubug-gubug atau gudang dengan memakai kantong PE, suhu sekitar
23-25 derajat C dan jambu sanggup bertahan hingga 15 hari dalam kantong PE dan
ditambah 7 hari setelah dikeluarkan dari kantong PE, sehingga sanggup meningkatkan
daya simpan 4,40 kali dibandingkan tanpa perlakuan. Tekanan yang baik yaitu -
1013 mbar dan sanggup menghasilkan kondisi PE melengket dengan tepat pada
permukaan buah, konsentrasi C0² sebesar 5,21% dan kerusakan 13,33% setelah
penyimpanan dalam kantong PE. Jalan yang terbaik untuk penyimpanan buah jambu
dengan jalan diawetkan, biasanya dilakukan dengan jalan dibuat asinan atau
manisan dan dimasukkan dalam kaleng atau botol atau sanggup juga dengan
menggunakan kantong plastik. Hal ini sanggup menjaga kesterilan dan ketahanan
sehingga sanggup usang dalam penyimpanannya. Serta biasanya dibuat minuman atau
koktail.

9.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Jambu biji dengan hasil jual sanggup tinggi tidak tergantung dari rasanya saja, tetapi
pada kenampakan dan cara pengikatannya, apa bilaakan di jual tidak jauh dari lokasi
maka cukup dibawa dengan dimasukkan dalam keranjang dengan melalui sarana
sepeda atau kendaraan bermotor. Untuk pengiriman dengan jarak yang agak jauh
(antar pulau) yang membutuhkan waktu hingga 2-3 hari lamanya perjalanan buah
jambu kerikil dilakukan dengan cara di pak dengan memakai peti yang berukuran
persegi panjang 60 x 28,5 x 28,5 cm, keempat sudutnya yang panjang dengan jarak
1 cm, sisi yang pendek sebaiknya dibuat dari 1atau 2 lembar papan setebal 1cm,
karena sisi ini dalam pengangkutan akan diletakkan di kepingan bawah, sebaiknya
pembuatan peti dilakukan jarang-jarang guna untuk memberi kebebasan udara untuk
keluar masuk dalam peti. Sebelumnya buah jambu dipilih dan di pak. Setelah itu
disusun berderet berbentuk sudut terhadap sisi peti, yang sebelumnya dialasi
dengan lumut/sabut kelapa, atau materi halus dan lembut lainnya. Kemudian setelah
penuh lapisan atas dilapisi lagi dengan sabut kelapa yang terakhir ditutup dengan
papan, sebaiknya kedua sisi panjang dibuat agak gembung, biasanya penempatan
peti kepingan yang pendek ditempatkan dibawah didalam perjalanan.

9.5. Penanganan Lain
Agar hasil penyimpanan sanggup bernilai tinggi maka perlu dilakukan pengolahan
terlebih dulu. dan biasanya dengan cara pengawetan yang kemudian disimpan atau
dikemas dalam botol/kaleng atau juga dengan kantong plastik, guna menghambat
proses pembusukan buah didalam botol, dan sanggup membuka peluang untuk
menikmati buah jambu biji pada setiap dikala tanpa menunggu ekspresi dominan berbuah
berikutnya. Seperti berbentuk koktail jambu, manisan jambu dan jambu biji kalengan.
Dengan membuka peluang untuk dilakukan eksport buah olahan dari buah jambu
biji. Seperti jus jambu biji berbentuk cairan agak kental atau sirup.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1.Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya jambu biji seluas 1 hektar dengan jarak tanam 8 x 8 m,
populasi 156 pohon di Jawa Barat pada tahun 1999.
1) Biaya produksi tahun ke-1
1. Sewa lahan Rp. 30.000.000,-
2. Bibit 800 batang @ Rp. 3.000,- Rp. 2.400.000,-
3. Pupuk
- Pupuk sangkar 6 ton @ Rp. 150.000,-/ton Rp. 900.000,-
- Urea 25 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 37.500,-
- SP-36 25 kg @ Rp.1.900,- Rp. 47.500,-
- KCl 25 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 45.000,-
4. Pestisida dan fungisida Rp. 800.000,-
5. Tenaga kerja
- Lubang tanam, ajir 23 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 161.000,-
- Beri pupuk 8 HKP + 15 HKW @ Rp. 5.000,- Rp. 131.000,-
- Tanam 8 HKP + 10 HKW Rp. 106.000,-
- Pemeliharaan 40 HKP+20 HKW Rp. 400.000,-
2) Biaya produksi tahun ke-2 s.d. ke-4
1. Pupuk
- Pupuk sangkar 10 ton @ Rp. 150.000,- Rp. 1.500.000,-
- Urea 75 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 112.500,-
- SP-36 50 kg @ Rp.1.900,- Rp. 95.000,-
- KCl 50 kg @ Rp.1.800,- Rp. 90.500,-
2. Pestisida dan fungisida Rp. 781.250,-
3. Tenaga kerja
- Tenaga pemeliharaan 50 HKP+50 HKW Rp. 625.000,-
4. Alat Rp. 600.000,-
3) Biaya produksi tahun ke-5 s.d. ke-15
1. Pupuk
- Pupuk sangkar 24 ton @ Rp. 150.000,- Rp. 3.600.000,-
- Urea 125 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 187.500,-
- SP-36 300 kg @ Rp.1.900,- Rp. 570.000,-
- KCl 150 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 270.000,-
2. Pestisida dan fungisida Rp. 1.093.750,-
3. Alat Rp. 450.000,-
4. Tenaga kerja
- Pemeliharaan 50 HKP + 60 HKW Rp. 675.000,-
- Panen & pasca panen 40 HKP + 50 HKW Rp. 550.000,-
Jumlah biaya produksi dalam 15 tahun Rp. 127.799.500,-
4) Pendapatan dari hasil produksi (15 tahun) : 70 ton Rp. 245.000.000,-
5) Keuntungan higienis 15 tahun Rp. 117.200.500,-
6) Parameter kelayakan usaha
1. B/C rasio = 1,917
Panen dimulai pada tahun ke 6 dan laba mulai diraih pada tahun ke enam.
Analisis biaya dan pendapatan ini tidak bersifat tetap, tergantung pada besarnya
sewa lahan, upah pekerja, fluktuasi harga saprodi,dan harga produksi buah yang
didapatkan.

10.2.Gambaran Peluang Agrobisnis
Prospek komoditi jambu biji cukup cerah, alasannya usul terhadap komoditi ini
terus meningkat dari tahun ke tahun. Hanya dalam membudidayakan tanaman jambu
air perlu menentukan jenis yang tepat, yakni yang banyak digemari masyarakat, seperti
jambu biji bangkok.

11. STANDAR PRODUKSI
11.1.Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan
contoh dan cara pengemasan.

11.2.Diskripsi
11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu
11.4.Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan ibarat terlihat di bawah ini. Dari
setiap kemasan diambil pola sebanyak 20 buah dari kepingan atas, tengah dan
bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (startified random sampling) sampai
diperoleh minimum 20 buah untuk dianalisis.
a. Jumlah kemasan dalam partai (lot) hingga dengan 100, pola yang diambil 5.
b. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101 hingga dengan 300, pola yang diambil 7.
c. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, pola yang diambil 9.
d. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, pola yang diambil 10.
e. Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih dari 1000, pola yang diambil 15
(minimum).
Petugas pengambil pola harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalaman
atau dilatih lebih dahulu dan memiliki ikatan dengan tubuh hukum.

11.5.Pengemasan
Jambu biji dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat bersih
maksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain:
nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih,
negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, tempat asal.

Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar

No comments

Ads

Advertiser