-->

Ads1

Budidaya Ikan Beronang (Siganus Sp)

Budidaya Ikan Beronang (Siganus Sp)

Budidaya Ikan Beronang (Siganus Sp)


1. PENDAHULUAN
Dalam PJPT II, sub sektor perikanan semakin dituntut dalam mencukupi
kebutuhan protein hewani dari ikan. Selama ini produksi perikanan laut
sebagian besar masih tergantung dari hasil pemungutan/penangkapan dari
alam yang produksinya semakin menurun, dilain pihak dengan meningkatnya
laju pertumbuhan penduduk kebutuhan protein akan terus meningkat setiap
tahun. Oleh lantaran itu produksi perikanan perlu digali dari 2 (dua) sumber yaitu
penangkapan dan budidaya.

Salah satu komoditi ikan bahari yang potensial dan sudah sanggup dibudidayakan
adalah ikan beronang (Siganus sp). Dari hasil penelitian ternyata komoditi
beronang memiliki nilai yang menguntungkan sebagai berikut:
a. Ikan beronang merupakan masakan yang lezat dan gurih dan disukai banyak
orang sehingga pemasaran ikan ini cukup baik.
b. Ikan ini umumnya "primary herbivor" yaitu pemakan plankton nabati
tumbuhan dan juga memakan masakan buatan.
c. Selama musim-musim tertentu benih beronang sanggup diperoleh dalam jumlah
banyak.
d. Ikan beronang memiliki toleransi besar terhadap salinitas dan suhu.
e. Mempunyai daya pembiasaan yang tinggi dan pertumbuhan yang cepat.
f. Ikan ini sudah sanggup dipijahkan di dalam laboratorium sehingga prospek
pembenihan dari hatchery cukup baik.
g. Ikan beronang memiliki harga pasar yang cukup tinggi baik untuk
konsumsi dalam maupun luar negeri, terutama yang ada telurnya selama
tahun gres cina.
h. Teknologi pembesaran ikan beronang sudah dikuasai.
Mengingat budidaya ikan beronang relatif gres dikenal masyarakat, maka
petunjuk teknis ini diharapkan sanggup menjadi fatwa bagi yang berminat
melakukan perjuangan budidaya beronang.

2. BIOLOGI
1) Diskripsi dan Taksonomi
Ikan beronang dikenal oleh masyarakat dengan nama yang berbeda-beda
satu sama lain ibarat di Pulau Sribu dinamakan kea-kea, di Jawa Tengah
dengan nama biawas dan nelayan-nelayan di Pulau Maluku menamakan
dengan sebutan samadar.
Ikan beronang termasuk famili Siginidae dengan tanda-tanda khusus sebagai
berikut D XIII, 10 A VII, 9, P2 I, 3, 1, tubuhnya membujur dan memipih latural,
dilindungi oleh sisik-sisik yang kecil, verbal kecil posisinya terminal.
Rahangnya dilengkapi dengan gigi-gigi kecil. Punggungnya dilengkapi oleh
sebuah duri yang tajam mengarah ke depan antara neural pertama dan
biasanya tertanam di bawah kulit. Duri-duri ini dilengkapi dengan kelenjar
bisa/racun pada ujungnya.
Secara lengkap taksonomi ikan beronang yaitu sebagai berikut.
Kelas:
- Dada : Percipformes
- Sub dada : Acanthuroidei
- Famili : Siganidae
- Genus : Siganus
- Species : Siganus spp.

2) Kebiasaan Makanan
Sesuai dengan morfologi dari gigi dan terusan pencernaannya yaitu mulutnya
kecil, memiliki gigi seri pada masing-masing rahang, gigi geraham
berkembang sempurna, dinding lambung agak tebal, usus halusnya panjang
dan memiliki permukaan yang luas, ikan beronang termasuk pemakan
tumbuh-tumbuhan, tetapi jika dibudidayakan ikan beronang mampu
memakan masakan apa saja yang diberikan ibarat pakan buatan.

3) Penyebaran
Penyebaran ikan beronang ini cukup luas, tetapi penyebaran setiap species
sangat terbatas ibarat yang terdapat di LON LIPI tempat penyebaran setiap
species sebagai berikut:

a. Siganus guttatus penyebarannya di :
Sumatera : Bengkulu, Padang Deli;
Jawa : P. Seribu, Cirebon, Balay, Surabaya;
Kalimantan : Balik Papan;
Sulawesi : Ujung Pandang, Bajo, Manado, Selayar;
Maluku : Seram, P. Obo, Ternate, Ambon, dsb.

b. Siganus canaculatus penyebarannya di :
Sumatera : Padang;
Jawa : Ujung Kulon, Teluk Banten, P. Seribu;
Maluku : Ternate, Bacan.

c. Siganus vulpinus penyebarannya di :
Kalimantan : Birabirahan;
Sulawesi : Masalembo, Ujung Pandang, Manado;
Maluku : Ternate, Kajoa, Ambon, Seram;
Irian : Manokwari.

d. Sirganus virgatus penyebarannya di :
Sumatera : Pariaman, Padang, Bangka, Belitung;
Jawa : P. Seribu, Bawean;
Kalimtan : Sundakan;
Sulawesi : Ujung Pandang, Bajo.

e. Siganus corallinus penyebarannya di :
Sumatera;
Jawa;
Nusa Tenggara;
Sulawesi;
Maluku.

f. Siganus chrysapilos penyebarannya di :
Jawa :P. Seribu;
Kalimantan : Sundakan;
Sulawesi : Ujung Pandang, Manado, Slayar;
Nusa Tenggara : Sumbawa;
Maluku : P. Obi, Roti, Ambon dan sekitarnya.

g. Siganus spinus penyebarannya di :
Sumatera : Bengkulu, Padang, Tapak Tuan;
Jawa : P. Serinu, Pacitan, Karang Bolong, Prigi;
Sulawesi : Ujung Pandang. Bajo, Manado;
Nusa Tenggara, Timor;
Bali;
Maluku dan sekitarnya.

h. Siganus vermiculatus penyebarannya di :
Sumatera : Bengkulu, Padang, Sibolga, Nias;
Jawa : P. Seribu, Semarang;
Kalimantan : Balik Papan dan Sundakan;
Sulawesi : Ujung Pandang, Bulukumba, Manado, Sangihe;
Maluku : Halmahera, Morotai, Ternate, Bacan, Ambon;
Nusa Tenggara, Timor.

i. Siganus puellus penyebarannya di :
Jawa :P. Seribu;
Sulawesi : Ujung Pandang;
Maluku dan sekitarnya.

j. Siganus javus penyebarannya di :
Sumatera : Deli, Sibolga, Bengkulu, Bangka, Belitung;
Jawa : Jakarta, Cirebon, Semarang, Jepara, Surabaya,
Pasuruan, madura;
Kalimantan : Stagen, Balik Papan;
Sulawesi : Ujung Pandang, Bajo.
k. Siganus lineatus penyebarannya di :
Maluku : Ternate, Morotai, Ambon dan sekitarnya.

3. TEKNOLOGI BUDAYA
1) Persyaratan Lokasi Budidaya
Untuk mencapai produksi jenis komoditas budidaya bahari secara optimal
memerlukan kecermatan dalam penentuan lokasi budidaya yang akan
dikembangkan serta kecocokan metoda yang digunakan. Dalam hal ini,
pemilihan lokasi untuk budidaya ikan di bahari harus akan mempertimbangkan
dari aspek teknis dan non teknis.
Dari segi aspek teknis hal-hal yang harus diperhatikan meliputi:
a. Perairan/lokasi yang dipilih harus terlindung dari imbas angin/musim
dan gelombang, hal ini untuk mengamankan/melindungi salinitas
budidaya.
b. Pergerakan air harus cukup baik dengan kecepatan arus antara 20 40
cm/detik, apabila kecepatan arus kurang menimbulkan penyediaan air
kurang dan O2 yang di supplay juga akan berkurang dan sebaliknya
apabila kecepatan arus cukup besar pertumbuhan ikan akan terganggu
sebab energi yang didapatkan dari masakan banyak keluar untuk
melawan arus.
c. Lokasi harus bebas dari imbas pencemaran atau polusi baik limbah
industri maupun limbah rumah tangga.
d. Lokasi juga harus bebas dari hama yang mencakup antara lain ikan-ikan
besar dan buas, binatang yang selain potensial sanggup mengganggu
(predator).
e. Hal yang sangat penting lokasi harus memenuhi persyaratan kualitas air
yang baik untuk pertumbuhan ikan ibarat :
- Kadar garam berkisar antara 27 32 ppt.
- Suhu air berkisar antara 28 320C.
- O2 (oksigen) berkisar antara 7 8 ppm.
- Nitrat 0,9 3,2 ppm dan phospat 0,2 0,5 ppm.
f. Untuk mempermudah kelancaran acara yang berafiliasi dengan
usaha budidaya yang mencakup sarana jalan, telpon, listrik, sumberdaya
manusia, pakan, pasar, ketersediaan bimbingan harus dalam jumlah yang
cukup memadai serta bahan-bahan untuk komoditi budidaya mudah
diperoleh.
Sedangkan aspek dari aspek non teknis harus memperhatikan sektor-sektor
yang berkaitan dengan kebijaksanaan penggunaan lahan dalam hubungan
dengan kepentingan sektor lain ibarat pariwisata, pelayaran, dll.

2) Sarana produksi
Metoda budidaya ikan beronang di bahari sanggup dilakukan dengan metoda
Karamba Jaring Apung (KJA) yaitu wadah atau tempat budidaya ikan yang
terbuat dari materi jaring yang digantungkan pada kerangka (rakit) di laut.
a. Desain Konstruksi Keramba Jaring Apung
Keramba Jaring Apung terdiri dari komponen rakit apung, kurungan,
pelampung dan jangkar. Cara pembuatan masing-masing komponen
tersebut yaitu sebagai berikut:
- Rakit Apung
Pembuatan rakit apung sanggup dilakukan di darat dengan terlebih dahulu
membuat kerangka sesuai dengan ukuran yaitu 8 x 8 m. Kerangka ini
berfungsi sebagai tempat peletakan kurungan yang berbentuk segi
empat dan terbuat dari materi bambu atau kayu.
Setiap unit kerangka sanggup terdiri dari 2 atau 4 kurungan tetapi secara
ekonomi setiap unti dianjurkan sebanyak 4 (empat) buah kurungan.
Kerangka ditempatkan di lokasi budidaya dengan diberi jangkar
sebanyak 4 buah semoga tetap pada tempatnya atau tidak terbawa arus.
Gambar 1. Kerangka Rakit
- Kurungan
Kurungan berfungsi sebagai wadah pemeliharaan ikan yang terbuat
dari materi polyethilen (PE) D. 18 dengan lebar mata jaring antara 0,75
1". Bentuk kurungan diubahsuaikan dengan bentuk kerangka rakit yaitu
empat persegi dengan ukuran 3 x 3 x 3 m3. Jaring apung yang telah
siap dibentuk di pasang pada kerangka rakit dengan cara mengikat ke
empat sudut potongan atas pada setiap sudut kerangka. Pola pembuatan
kurungan dan cara pengikatan sanggup dilihat pada gambar 2 dan gambar
3 dan semoga kerangka jaring apung tetap terbentuk bujur sangkar, maka
pada sudut potongan bawah jaring diberi pemberat.
Gambar 2. Pola Pembuatan Kurungan Apung
Gambar 3. Cara Pengikatan Jaring
Gambar 4. Kurungan Telah Dipasang pada Rakit
- Pelampung
Untuk mengapungkan sarana budidaya termasuk rumah jaga
diperlukan pelampung. Pelampung sanggup dipakai drum plastik
volume 200 liter. Dan untuk menahan rakit diharapkan pelampung
sebanyak 12 buah. Pelampung diikat dengan tali polyethelene (PE)
yang bergaris tengah 0,8 1,0 cm.
Gambar 5. Penempatan dan Pemasangan Pelampung Pada Kerangka Rakit
- Jangkar
Jangkar berfungsi untuk menahan sarana budidaya semoga tidak bergeser
dari tempatnya jawaban imbas arus dan angin ataupun gelombang.
Setiap inti keramba jaring apung dipergunakan jangkar 4 buah yang
terbuat dari besi dengan berat 50 kg. Panjang tali jangkar biasanya 1,5
kali kedalaman perairan pada waktu pasang tinggi.
Gambar 6 Pengaturan dan Pemasangan Jangkar
b. Benih
- Persyaratan Benih
Benih yang dipakai untuk budidaya perlu diperhatikan dan diseleksi
benih yang betul-betul sehat. Benih yang sakit akan terhambat
pertumbuhannya dan lebih berbahaya lagi yaitu penularannya ke ikan
di dalam wadah budidaya.
Berdasarkan pengamatan visual secara umum benih yang sehat antara
lain yaitu :
* Bentuk tubuh normal/tidak cacat/tidak sakit;
* Gerakan ikan lincah;
* Mempunyai respon yang tinggi terhadap pakan yang diberikan.
- Penyediaan Benih
Sampai dikala ini benih ikan beronang yang dipakai dalam usaha
budidaya berasal dari hasil penangkapan di alam. Benih ikan beronang
dapat diperoleh dalam jumlah besar pada dikala isu terkini puncak benih.
Untuk setiap jenis beronang isu terkini puncaknya akan berlainan setiap
lokasi.
Penyediaan benih ikan beronang secara massal dari hatchery sampai
saat ini masih dalam pengkajian walaupun pemijahan untuk beberapa
jenis sudah berhasil dilakukan.
- Penanganan dan Transportasi Benih
Benih ikan beronan sangat peka terhadap perubahan lingkungan
seperti suhu dan salinitas, sehingga penanganan benih ikan beronang
sangat perlu dijaga hati-hati.
Pada dikala pemindahan benih dari suatu wadah ke wadah lain harus
selalu diambil bersama airnya. Pemindahan benih sanggup dilakukan
sehari sesudah pengumpulan dan cukup memperlihatkan istirahat bagi ikan
dan untuk perlakuan selanjutnya disarankan untuk memakai seser
yang tidak cekung untuk menghindarkan luka-luka di kulit akibat
persentuhan benih satu sama lain.
Pengangkutan benih ikan beronang untuk jarak bersahabat sanggup digunakan
keramba dengan anyaman bambu yang halus dan diapungkan di air.
Keramba diseret perlahan-lahan menuju tempat budidaya. Dan untuk
jarak jauh sanggup dipakai kantong-kantong plastik atau periuk-periuk
tanah.
Benih ikan beronang dengan perlakuan baik dan aklimasi yang cukup
dapat ditransportasi hingga maksimum 48 jam.
c. Pakan
- Persyaratan Pakan
Salah satu faktor yang sangat penting memilih pertumbuhan ikan
yang dipelihara yaitu faktor ketersediaan pakan yang cukup baik
kualitas maupun kuantitas sehingga harus diperhatikan sebaik-baiknya
yaitu harus memenuhi komposisi dan jumlah nutrient/zat masakan yang
dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan. Pakan yang diberikan sebaiknya
yang masih gres (pellet) dan segar (ikan rucah).
- Penanganan Pakan
Untuk menjaga kualitas pakan yang diberikan untuk budidaya ikan
beronang perlu diperhatikan penanganan terhadap pakan yang
digunakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan pakan
antara lain yaitu tempat penyimpanan pakan harus higienis dan kering.

3) Teknologi Budidaya
a. Pola Produksi
Dalam perjuangan budidaya ikan bahari pengaturan contoh tanam perlu disesuaikan
dengan ketersediaan ibarat (benih, pakan) dan imbas dari musim
serta ketersediaan pasar. Untuk itu dalam acara budidaya ikan di laut
setiap lokasi akan berbeda sesuai dengan kondisi setempat.
Dalam pengaturan contoh tanam yang berafiliasi daya serap pasar
alternatif contoh tanam yaitu setiap KK yaitu melaksanakan penanaman
pada 1 unit karamba jaring apung yang terdiri dari 4 buah jurungan dan
penebaran benih sanggup dilakukan selang 3 hari - 1 ahad setiap KK atau
tergantung dari daya serap pasar.
b. Cara Penebaran Benih
Benih sebelum ditebarkan perlu diaklimasikan terlebih dulu, kemudian
secara perlahan-lahan ditebarkan ke dalam wadah budidaya. Penebaran
benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari.
c. Cara Pemberian Pakan
Jenis pakan yang dipakai pada budidaya ikan beronang yaitu pellet
kering dengan jumlah sebanyak 2% dari berat tubuh ikan setiap hari.
Frekuensi dukungan pakan sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan
sore hari.
Konversi dukungan pakan dengan memakai pellet biasanya 1 : 4
yang berarti untuk memperoleh berat ikan 1 kg dibutuhkan pellet
sebanyak 4 kg.
d. Penanganan Hasil
Panen ikan beronang dilakukan sesudah masa pemeliharaan 4 6 bulan
setelah penebaran. Panen sanggup dilakukan dengan dua cara yaitu :
- Panen sebagian, dilakukan dengan cara memanen ikan yang telah
berukuran tertentu tergantung kebutuhan pasar dengan menggunakan
serok/lampit/alat angkap.
- Panen seluruhnya, dilakukan dengan cara memanen hasil budidaya
sekaligus dengan cara menarik/mengangkat sebagian jaring ke arah
suatu sudut sehingga akan terkumpul pada suatu tempat dan kemudian
diambil dengan memakai serok/lambit/alat tangkap dengan
berhati-hati semoga ikan tidak mengalami luka/cacat. Panen sebaiknya
dilakukan pada dikala udara sejuk.

4) Manajemen Budidaya
Permasalahan yang sering ditemui pada pemeliharaan ikan di bahari dengan
jaring apung yaitu pengotoran/penempelan oleh organisme penempel pada
sarana yang dipakai ibarat kerangka, rakit, kurungan apung dan
pelampung. Penempelan organisme tersebut akan mengganggu pertukaran
air dan menimbulkan kurungan bertambah berat.
Untuk menanggulangi organisme penempel ini maka perlu dilakukan
pembersihan terutama kurungan secara periodik paling sedikit 1 bulan sekali
atau tergantung pada banyak sedikitnya organisme penempel. Sedangkan
untuk pencucian kurungan dilakukan dengan menyikat atau dengan
menggunakan mesin semprot jaring.

5) Hama dan Penyakit
a. Hama
Hama yang sering mengganggu budidaya ikan beronang bahari adalah
berupa hewan/binatang atau pengganggu lainnya ibarat burung dan
lingsang. Hama sanggup menyerang dan menciptakan kerusakan pada
kurungan ikan. Penanggulangan hama sanggup dilakukan dengan cara
menutup potongan atas kurungan dengan jaring serta memagar/melingkari
kurungan. Selain itu gangguan lantaran pencurian oleh insan perlu juga
diwaspadai.

b. Penyakit dan Pencegahannya
Untuk mengetahui jenis penyakit dan cara pencegahannya diperlukan
diagnosa tanda-tanda penyakit. Gejala penyakit untuk ikan yang dibudidayakan
dapat dilihat/diamati dengan tanda-tanda sebagai berikut :
- Ada kelainan tingkah laris : salah satu atau beberapa ikan keluar dari
kelompoknya dan cara berenangnya miring atau "driving" (ikan yang
berada di permukaan eksklusif menuju dasar dengan cepat). Gejala
demikian biasanya disebabkan oleh beberapa penyakit, antara lian :
penyakit insang, penyakit sistem saraf otak, keracunan materi kimia
logam berat, dan kekurangan vitamin.
- Ikan tidak mau makan : perhatikan sudah berapa usang keadaan ini
terjadi, penyebabnya yaitu : penyakit diabetes (oxydized fatty),
kelebihan mineral yang berasal dari pakan dan kebosanan yang terjadi
karena persediaan pakan sedikit.
- Ada kelainan pada bentuk ikan : hal ini terjadi pada rangka ikan dan
permukaan tubuh ikan.
- Mata tidak normal : disebabkan oleh basil dan benalu tremotoda
Giganea sp.
Untuk organ tubuh potongan dalam tanda-tanda penyakit sanggup terjadi pada :
Insang : Hilang beberapa bagian, disebabkan kekurangan darah dan
keracunan, atau benalu yang berupa ciliata dan monogenik.
Otak : Terjadi pendarahan dan TBS, disebabkan oleh parasit
Myxosporadia, Giganea sp, Streptococcus sp, dan Nocardia
sp.
Jantung : Menjadi tebal dan membesar, disebabkan oleh basil klas
Mycospradia, membran jantung membesar lantaran diserang
bakteri Streptococcud spp.
Hati : Membesar atau mengecil, warna hijau/kuning, disebabkan
oleh perubahan kadar lemak (fatty change liver desease).
Jamur yang berasal dari pakan yang tercemar dapat
menyebabkan hati mengalami pendarahan, keras, mudah
pecah.
Lambung : Menjadi kembung, luka dan berlobang, disebabkan oleh
parasit yang termasuk klas Cestoda.
Usus : Luka, pendarahan, keluar dari anus dan vibriosis,
disebabkan oleh benalu dalam klas Nematoda, Trematoda,
Cestoda dan Acanthocephala.
Limpa : Menjadi besar/kecil dan kekurangan darah, disebabkan oleh
adanya penyakit di potongan lain.
Otot : Warna tidak jelas/putih, terjadi pendarahan, disebabkan oleh
bakteri Nacordia sp atau serangan benalu Microsporidae.

c. Penanganan Ikan Sakit
Penanganan terhadap ikan sakit sanggup dibagi atas dua langkah yaitu :
- Berdasarkan teknik budidaya :
Tindakan-tindakan yang dilakukan antara lain yaitu :
* Menghentikan dukungan pakan pada ikan;
* Mengganti masakan dengan jenis lain;
* Mengkelompokkan ikan menjadi kelompok-kelompok yang
kepadatannya/ densitasnya rendah;
* Bila mungkin ikan-ikan dipanen, daripada menjadi wabah bagi ikan
yang lain.
- Berdasarkan terapi kimia :
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini yaitu :
* Memeriksa kepekaan dari masing-masing obat yang akan
digunakan;
* Memeriksa batas takaran yang kondusif untuk masing-masing obat agar
tidak terjadi "over dosis";
* Menjaga semoga obat tidak tercemar oleh bakteri;
* Memperhatikan keterangan yang dikeluarkan oleh pabrik obat
tersebut.

d. Cara Pemberian Obat
Cara dukungan obat yang akan dipakai sanggup ditentukan sendiri
dengan memperhatikan bentuk obat, jumlah ikan yang terkena penyakit,
kondisi dan sarana yang dimiliki di lapangan (tempat budidaya).
Ada beberapa cara dukungan obat yang sanggup digunakan, yaitu :
- Ditenggelamkan dalam tempat budidaya;
- Disebarkan pada permukaan;
- Dicampurkan dalam pakan;
- Dengan cara injeksi.
Pada ikan beronang biasanya banyak kedapatan benalu jenis
monogenetik trematoda pada potongan insangnya, benalu ini dapat
dilepaskan dengan mengunakan "dipterex" (organoposfat, sinonim : Dylox,
Masoten, Neguvon) dengan takaran sebesar 30 ppm selama 8 - 16 m enit
dan 50 ppm selama 4 - 5 menit. Percobaan ini alhasil positif, dengan
tingkat maut ikan beronang hingga 0%.
Waktu dan takaran obat yang diberikan perlu diperhitungkan dengan hatihati
agar tidak terjadi kelebihan takaran yang sanggup mengakibatkan
kematian pada ikan. Oleh lantaran itu perlu diketahui berapa jumlah dosis
yang digunakan. Di bawah ini diberikan beberapa takaran yang mematikan
terhadap beberapa jenis ikan beronang.

Tabel 4. Dosis Dipterex yang mematikan terhadap beberapa jenis ikan beronang
(Tanaka dan Basyari, 1982).
No.

Jenis Ikan Panjang Total
Rata-rata (cm)

Konsentrasi
Dipterex (ppm)

Waktu
(menit)

1
S. canaliculatus
3
30
39
2
S. canaliculatus
8-12
50
9
3
S. guttatus
3
30
49
4
S. guttatus
5-8
50
9
5
S. javus
3
50
4
6
S. javus
3
30
28
7
S. javus
9-11
50
9
8
S. javus
15
30
15

e. Pencegahan penyakit
Untuk mencegah semoga ikan yang dibudidayakan tidak terkena penyakit
dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
- Menjaga kebersihan tempat budidaya;
- Menjaga lingkungan/tidak tercemar oleh limbah industri dan bahanbahan
kimia pertanian;
- Memeriksa jenis pakan yang akan diberikan dan hindarkan kontaminasi
jamur;
- Lakukan vaksinasi bagi ikan yang sehat.

Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar

No comments

Ads

Advertiser