-->

Ads1

Pasca Panen Kedelai

Pasca Panen Kedelai

Pasca Panen Kedelai


Kedelai banyak ditanam oleh petani Indonesia sebab merupakan materi makanan penting adalah sebagai sumber protein nabati. Kedelai sanggup diolah menjadi tempe, tahu, kecap, tauco, susu kedelai, tepung kedelai, dan lain-lain. Disamping itu kedelai juga sanggup dipakai sebagai makanan ternak dalam bentuk tepung kedelai, bungkil kedelai dan ampas tahu. Selama ini, penanganan pasca panen kedelai belum banyak menerima perhatian sehingga kehilangan hasil sebagai susut tercecer masih tinggi dan mutu hasil masih rendah, untuk itu perlu penanganan pasca panen yang baik sehingga sanggup mempertahankan potensi kuantitas dan kualitas hasil.

Penanganan pasca panen kedelai mencakup serangkaian acara adalah penentuan dikala panen, teknik pemanenan, pengeringan brangkasan, perontokan/pembijian, pencucian biji, pengeringan biji, pengemasan dan penyimpanan.

Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan sebab serangan hama atau penyakit, kemudian gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah mulai kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Perlu diperhatikan perbedaan usia pemetikan kedelai untuk materi konsumsi dan untuk benih. Sebagai materi konsumsi, kedelai sanggup dipetik pada usia 75 hari, dan untuk benih pada umur 100-110 hari (tergantung varietasnya).

Penentuan dikala panen merupakan tahap awal yang sangat penting dari seluruh rangkaian acara penanganan pasca panen kedelai sebab besar lengan berkuasa terhadap kuantitas dan kualitas hasil panennya. Pemanenan yang terlalu awal, menunjukkan hasil panen dengan jumlah butir muda yang tinggi sehingga kualitas biji dan daya simpannya rendah. Sedangkan pemanenan yang terlambat mengakibatkan penurunan kualitas dan peningkatan kehilangan hasil sebagai akhir efek cuaca yang tidak menguntungkan maupun serangan hama dan penyakit pada lahan.

Penentuan dikala panen kedelai juga sanggup dilakukan menurut :
(1) deskripsi varietas kedelai;
(2) kadar air yang diukur dengan alat ukur kadar air (Moisture Tester);
(3) kenampakan fisik. Secara visual umur panen yang tepat ditandai dengan :
- Daun berwarna kuning dan rontok;
- Batang telah kering;
- Polong kering, berwarna coklat dan pecah.

Pemanenan kedelai sebaiknya dilakukan pada kadar air rendah (17%-20%), sebab memiliki beberapa laba adalah sebagai berikut : (1)rantai acara penanganan pasca panen lebih pendek sehingga menghemat waktu, tenaga dan biaya; (2) jumlah susut pasca panen keseluruhan yang mungkin terjadi lebih rendah dari pemanenan pada kadar air tinggi adalah susut panen pada kadar air rendah mencapai 6%, sedangkan pada kadar air tinggi sanggup mencapai 13%.
Pemungutan hasil kedelai dilakukan pada dikala tidak hujan, biar karenanya segera sanggup dijemur.

Kedelai dipanen dengan dua cara adalah (1) dengan cara mencabut, perlu diperhatikan keadaan tanahnya adalah ringan dan berpasir dengan memegang batang pokok, tangan dalam posisi tepat di bawah ranting dan cabang yang berbuah. Pencabutan harus hati-hati sebab kedelai yang renta gampang rontok. Pada dasarnya panen dengan cara mencabut tidak dianjurkan, sebab butil akar yang mengandung rezobium ikut terbuang; (2) dengan cara memotong, adalah memakai sabit yang tajam biar pekerjaan sanggup dilakukan dengan cepat dan jumlah buah yang rontok akhir goncangan sanggup ditekan. Cara ini juga sanggup meningkatkan kesuburan tanah sebab akar dengan bintil-bintil menyimpan banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut.

Ada lima tahapan penanganan pasca panen kedelai yaitu:
1.      Pengeringan Brangkasan. Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen segera dijemur, tidak ditunda terlalu lama. Dalam proses pengeringan ini sanggup dilakukan dengan dua cara, adalah secara alami dan memakai para-para. Pengeringan secara alami brangkasan kedelai dijemur pribadi di bawah sinar matahari. Dapat dilakukan dengan dijemur diatas tikar, anyaman bambu, atau memakai ganjal plastik, sebaiknya dipilih yang berwarna gelap/hitam untuk mempercepat pengeringan.

Pengeringan dilakukan selama 3-7 hari kalau cuacanya baik, semua buah yang masih melekat pada batang diusahakan di jemur di daerah penjemuran. Agar kedelai kering sempurna, pada dikala penjemuran hendaknya dilakukan pembalikan berulang kali, hal ini menguntungkan sebab dengan pembalikan banyak polong pecah dan biji terlepas dari polongnya. Sedangkan biji kedelai yang dipakai untuk benih dijemur secara terpisah. Penjemuran dilakukan hingga kadar air 10% – 15% dan di pagi hari pukul 10.00 hingga 12.00 siang.

Brangkasan kedelai yang gres dipanen dilarang ditumpuk dalam timbunan besar, terutama pada ekspresi dominan hujan, untuk mencegah kerusakan biji sebab kelembaban yang tinggi. Pengeringan dengan para-para dilakukan terutama kalau panenan dilaksanakan waktu ekspresi dominan hujan. Para-para dibentuk bertingkat, kemudian brangkasan kedelai ditebar merata di atas para-para tersebut. Dari bawah dialirkan udara panas dengan cara memperabukan sekam, untuk menurunkan kadar air. Brangkasan dianggap cukup kering kalau kadar airnya telah mencapai kurang lebih 18%.

2.      Perontokan/pembijian. Ada beberapa cara memisahkan biji dari kulit polongan adalah dengan cara:
a.       memukul-mukul tumpukan brangkasan kedelai secara pribadi dengan kayu/karet ban dalam sepeda/ kain untuk menghindarkan terjadinya biji pecah,
b.      brangkasan kedelai sebelum dipukul-pukul dimasukkan ke dalam karung atau dihamparkan dengan tebal 20 cm,
c.       menggunakan alat mekanis (power thresher) yang biasa dipakai untuk merontokkan padi. Pada waktu perontokan dikurangi hingga mencapai kurang lebih 400 rpm. Brangkasan kedelai yang dirontokkan dengan alat ini hendaknya tidak terlalu basah. Kadar air yang tinggi sanggup mengakibatkan biji rusak dan peralatan tidak sanggup bekerja dengan baik. Setelah biji terpisah, brangkasan disingkirkan.

3.      Pembersihan biji kedelai. Biji yang terpisah kemudian ditampi biar terpisah dari kotoran-kotoran lainnya. Biji yang luka dan keriput dipisahkan. Pembersihan juga sanggup dilakukan dengan memakai mesin pembersih (winower), mesin ini merupakan kombinasi antara ayakan dengan blower.

4.      Pengeringan biji kedelai. Biji yang higienis selanjutnya dijemur kembali hingga kadar airnnya 9% – 11%.

5.  Pengemasan, dan penyimpanan. Biji yang kering kemudian disimpan dalam wadah yang bebas hama dan penyakit. Sebagai tanaman pangan, kedelai sanggup disimpan dalam jangka waktu cukup lama. Caranya kedelai disimpan di daerah kering dalam karung goni/plastik. Karung yang dipakai harus diberi label berupa goresan pena yang sanggup menjelaskan wacana produk yang dikemas.

Karung-karung ini ditumpuk pada daerah yang diberi ganjal kayu biar tidak pribadi menyentuh tanah atau lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2 – 3 bulan sekali harus dijemur hingga kadar airnya sekitar 9% – 11%. Apabila diangkut pada jarak jauh, hendaknya dipilih jenis wadah/kemasan yang kuat. Tempat penyimpanan haruslah teduh, kering dan bebas hama atau penyakit. Biji kedelai yang akan disimpan sebaiknya memiliki kadar air 9 – 14 %.


Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar

No comments

Ads

Advertiser